• Bursa saham AS jatuh pada hari Jumat dan dolar menutup pekan terburuknya selama hampir 4 tahun terhadap yen menyusul investor khawatir bahwa bank‐bank sentral dunia akan segera menarik stimulusnya dan setelah rilis data yang menunjukkan penurunan pada sentimen konsumen AS. Namun bursa saham Eropa ditutup menguat, didukung oleh sinyal adanya kegiatan merger dan akuisisi di kawasan tersebut. Kondisi tersebut mendorong indeks MSCI naik 0,1%. Namun demikian, indeks tercatat melemah untuk 4 pekan berturut‐turut.
• Kekhawatiran mengenai arah kebijakan moneter dunia telah mengguncang pasar belakangan ini, dan kekhawatiran berlanjut di pekan kemarin ketika BOJ memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya.
• Kondisi tersebut telah memicu tekanan jual pada ekuitas global, emerging markets, obligasi dan komoditas, yang dipicu oleh lukuiditas bank sentral, sementara kondisi ini justru mendorong menguatnya yen secara tajam.
• Bursa Wall Street menutup minggu negatif ketiga mereka dalam 4 pekan terakhir akibat aksi ambil untung investor setelah S&P 500 mencatat level tertinggi kedua tahun ini pada hari Kamis. Bursa saham menguat lebih dari 1% di sesi sebelumnya berkat rilis data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan. Dow Jones industrial average <.DJI> berakhir melemah 105,90 poin atau 0,70% ke 15070,18. Standard & Poor's 500 Index <.SPX> jatuh 9,63 poin atau 0,59% ke 1626,73. Sedangkan Nasdaq Composite Index <.IXIC> kehilangan 21,81 poin atau 0,63% ke 3423,56.
• Perhatian pasar saat ini tertuju pada sidang The Fed pekan ini, yang diharapkan akan memberikan kejelasan terhadap rencana untuk mengurangi/mengakhiri program pembelian obligasi senilai $85 milyar per bulannya.
• Data ekonomi AS di hari Jumat kemarin menunjukkan sentimen konsumen turun tipis dari level tertinggi enam tahun pada bulan Juni, sementara output manufaktur relatif stabil (sedikit membaik) bulan lalu, menunjukkan ekonomi tetap pada jalur pertumbuhan moderat. Data lain menunjukkan harga grosir naik lebih dari yang diharapkan pada bulan Mei, tetapi tekanan pada underlying inflation masih mampu diredam.
• Indeks saham Eropa naik 0,2%. Sedangkan ekuitas pasar berkembang berdasarkan barometer MSCI naik 1,1%, meskipun masih mencatat kerugian minggu kelima secara berturutan.
• Meskipun tercatat naik 2% pada hari Jumat, indeks Nikkei Jepang mencatat kerugian lebih dari 15% sejak medio Mei. Volatilitas di pasar saham telah memicu rebound tajam yen.
• Dolar jatuh 1,2% ke 94,21 yen dan mencatat turun 3,4% dalam sepekan, kerugian mingguan terbesarnya sejak Juli 2009. Euro kehilangan 1,4% ke 125,70 yen. Terhadap dolar, euro merosot 0,2% ke $1,3347.
• Treasury AS tenor 10 tahun naik 4/32 dengan yield di 2,1331 persen, menyusul pelaku pasar memprediksi The Fed akan mempertahankan suku bunga mendekati 0% guna mendukung pemulihan ekonomi bahkan disaat bank sentral mengurangi pembelian obligasinya tahun ini.
• Harga minyak naik karena berita bahwa Amerika Serikat telah resmi mengirimkan senjata AS kepada pemberontak Suriah memicu kekhawatiran tentang pasokan minyak Timur Tengah. Meskipun Suriah bukanlah pemasok minyak dunia, investor khawatir bahwa perang sipil bisa menyebabkan kerusuhan di daerah penghasil minyak di Timur Tengah. Brent crude <LCOc1> naik 98 sen untuk ditutup di $105,93 per barel, sementara U.S. crude <CLc1> naik $1,16 ke $97,85 per barel, setelah menembus level tertinggi 9 bulan.
• Harga emas naik tipis ke$1388 per ons, ditopang oleh meningkatnya permintaan pada emas koin dan batangan serta menurunnya ekuitas AS. Meningkatnya tekanan geopolitik di Timur Tengah juga membantu meningkatkan minat pada emas sebagai safe‐haven asset.
(vaf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar