• Euro anjlok ke level terendah dalam 11‐bulan terakhir terhadap dolar AS, sementara itu bursa saham Amerika juga mengalami pelemahan seiring berlanjutnya kekhawatiran investor akan krisis hutang Uni‐Eropa. Turut menekan optimisme investor adalah pandangan the Federal Reserve yang menyatakan bahwa gonjang‐ganjing di pasar keuangan berpotensi menimbulkan resiko serius bagi ekonomi Amerika. Hasil KTT Uni‐Eropa pekan lalu belum cukup memberikan keyakinan bagi pelaku pasar akan penanganan krisis ekonomi kawasan tersebut.
• Kondisi ini diperparah oleh komentar dari Kanselir Jerman Angela Merkel yang menolak ide untuk menaikkan batas pendanaan dari dana talangan Uni‐Eropa kedepannya diatas 500 miliar euro. Pernyataan Merkel semakin menyudutkan harapan investor akan kemajuan resolusi krisis keuangan Uni‐Eropa yang telah menyedot perhatian sepanjang 2‐tahun terakhir.
• Euro anjlok 1,1% terhadap dolar AS ke 1.3033 setelah sempat merosot hingga level 1.3015 yang merupakan level terendahnya sejak pertengahan Januari silam. Sementara itu terhadap yen, euro juga melemah ke level terendahnya sejak 2‐bulan terakhir di 101.49 sebelum akhirnya ditutup melemah 1,2% ke 101.56. Sedangkan terhadap sterling, euro merosot ke level terendah sejak 9‐bulan terakhir di 0.8398.
• Dengan perkembangan terakhir, saat ini investor mulai berpandangan bahwa pemangkasan peringkat hutang beberapa negara di Uni‐ Eropa termasuk Jerman dan Perancis cepat atau lambat akan terjadi. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings mengatakan bahwa para pemimpin zona eropa gagal untuk menghadirkan solusi yang komprehensif terhadap krisis keuangan saat ini, sementara lembaga pemeringkat Standard & Poor's sebelumnya telah memperingatkan kemungkinan pemangkasan peringkat hutang 15 negara dari kawasan Uni‐Eropa.
• The Federal Reserve dalam sidangnya untuk Desember tidak mengumumkan adanya stimulus keuangan lanjutan guna menopang pemulihan ekonomi. Kondisi tersebut semakin meningkatkan kewaspadaan investor bahwa resesi zona eropa akan berdampak langsung pada prospek ekonomi Amerika.
• Indeks The S&P 500 <.SPX> turun 0,9% ke 1,225.29, sementara Dow Jones ditutup melemah 0,6% ke 11,950.36 <.DJI>, sedangkan Nasdaq <.IXIC> mencatat penurunan 1.2% ke 2579.27. Indeks dari bursa saham global yang etrangkum dalam MSCI global stock index <.MIWO00000PUS> turun 0.4%.
• Sebaliknya, kekhawatiran akan resesi ekonomi global menaikkan minat beli investor pada obligasi pemerintah Amerika, hal ini kemudian mendorong turunnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika untuk tenor 10‐tahun <US10YT=RR> ke 1.96%.
• Emas juga merosot tajam, mencatat penurunan 2,1% setelah ditutup di kisaran 1630.44 USD per troy ounce, membukukan performa dwi‐harian terburuk sejak hampir 3‐bulan terakhir. Pelemahan ini dipengaruhi oleh penguatan dolar AS setelah The Fed dalam sidangnya Desember ini tidak memberikan paket stimulus keuangan terbaru.
• Namun demikian, harga minyak dunia melonjak seiring meningkatnya eskalasi tensi politik antara Iran dan dunia barat. Harga minyak jenis Brent crude <LCOc1> ditutup menguat 2.24 USD ke 109.50 USD per barel, setelah sempat naik hingga 111.10 USD, ini merupakan penguatan harian terbaik sejak 28 November silam. Sedangkan minyak jenis U.S. crude <CLc1> naik 2.37 USD ke 100.14 USD per barrel, penguatan harian terbaik sejak 16 November.
(vaf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar