• Data terakhir menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat pada Cina dan laporan tingkat belanja konsumen AS dirilis mengungguli perkiraan mengangkat performa bursa saham serta pasar minyak dunia. Produksi industri Cina tumbuh 13% pada Mei dibanding periode yang sama tahun lalu dan inflasi meningkat menjadi 5,2%, kenaikan terpesat dalam hampir tiga tahun. Bank sentral Cina menaikkan rasio cadangan modal bagi perbankan komersial sebesar 50 basis poin untuk kesembilan kalinya dalam upaya untuk mengendalikan kenaikan harga. Tingginya upaya otoritas Cina untuk menekan tingkat inflasi dibawah 5,2% menimbulkan harapan bahwa Cina akan dapat menekan kenaikan upah lokal dan “mendinginkan” pasar properti tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
• Di pasar uang, investor mendukung penguatan euro setelah Yunani berhasil mendapatkan dana tambahan dalam penjualan obligasinya pada hari Selasa, meskipun pada Senin lalu lembaga pemeringkat S&P memangkas peringkat kreditnya. Pemerintah Yunani berhasil menjual obligasi dengan tenor 6‐bulan senilai 1,625 miliar euro dengan imbal hasil 4,96%, penjualan ini lebih baik dari Mei silam. Lelang obligasi tersebut memperlihatkan masih cukup tingginya minat pembeli asing, menguatkan ekspektasi pasar bahwa Yunani akan mendapatkan paket bantuan keuangan kedua senilai 120 miliar euro untuk mencegah gagal bayar.
• Namun demikian, keberhasilan penjualan obligasi Yunani tersebut tidak serta merta mengangkat minat beli investor terhadap euro setelah sempat mencetak level terendah sepanjang sejarah terhadap Swiss franc pada awal pekan lalu ke 1.2 franc. Swiss franc yang berstatus safe haven masih menjadi primadona investor ditengah berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis hutang negara kawasan Uni‐Eropa, namun pada sesi Selasa euro berhasil menguat 1% terhadap franc dan dollar AS naik 0.9% terhadap franc. Terhadap dollar AS, Euro tercatat menguat 0.1% ke 1.4440.
• Meningkatnya minat investor pada aset beresiko menekan obligasi pemerintah dimana imbal hasil obligasi Amerika mencatat penurunan terbesar harian dalam kurun lebih 5‐bulan terakhir. Di Amerika Serikat, penjualan ritel pada Mei turun untuk pertama kalinya sejak 11‐bulan, meskipun penurunan tersebut tidak seburuk perkiraan analis sebelumnya, dan menandakan ketahanan konsumen Amerika meskipun pertumbuhan lapangan kerja lamban dan pasar perumahan buruk.
• Pasar saham AS menguat dimana Dow Jones <. DJI> naik 123,14 poin atau 1,03% ke 12,076.11, S&P500 <. SPX> naik 16,04 poin atau 1,26% ke 1,287.87 dan Nasdaq Composite Index <. IXIC> naik 39,03 poin atau 1,48% ke 2,678.72. Indeks S&P500 bahkan mencatat prosentasi kenaikan harian terbesar sejak Maret. Sementara itu indeks saham Eropa <. FTEU3> naik 0,8%.
• Saat ini mayoritas analis mengingatkan bahwa kenaikan bursa saham tidak akan bertahan lama ditengah berlanjutnya masalah utang di beberapa negara Eropa dan mulai berakhirnya program pembelian obligasi The Fed senilai 600 miliar USD yang berakhir bulan ini. Ketua The Fed ‐ Ben Bernanke, berbicara pada sebuah acara yang disponsori oleh the Committee for a Responsible Federal Budget, memperingatkan bahwa kegagalan untuk meningkatkan pagu hutang pemerintah senilai 14,3 triliun USD akan memunculkan risiko pemangkasan peringkat hutang AS dan menggoyang status dollar AS sebagai mata uang cadangan utama di dunia.
• Investor juga mengalihkan investasinya pada komoditi dan sebaliknya menjual obligasi pemerintah. ICE Brent Crude <LCON1> untuk pengiriman Juli ditutup naik 90 sen ke 120,00 USD per barel, menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 5‐minggu terakhir. Sementara itu Crude US futures <CLc1> naik 2% ke 99,20. Harga spot emas <XAU=> naik menjadi 1,524.70 USD per troy ounce.
(vaf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar