Semua tulisan di blog ini

Semua tulisan di blog ini
Semua tulisan di blog ini bukan menganjurkan untuk membeli/menjual saham/obyek trading Anda, Semua keputusan ada di tangan Anda karena itu berhati-hatilah dalam melakukan trading dan investasi.

Selasa, 25 Januari 2011

Jebakan I P O

Jika anda termasuk yang membeli saham IPO Martina Berto (MBTO), maka anda pasti tergoda dengan pendapat yang menyebutkan bahwa perusahaan consumer goods ( kosmetik wanita) seperti MBTO, tentunya memiliki kinerja yang bagus, karena sampai kapanpun kaum wanita akan selalu membutuhkan bedak dan lipstik. Tapi kenapa pada waktu listing hari perdananya pada 13 Januari lalu, MBTO malah ditutup turun? Apakah kinerjanya buruk?

Selain MBTO, perusahaan kosmetik yang juga listing di BEI adalah Mustika Ratu (MRAT), Mandom (TCID), dan Unilever (UNVR). Tapi TCID jarang dibicarakan investor, karena likuiditas sahamnya sangat seret. Sementara UNVR tidak cocok jika digolongkan sebagai perusahaan kosmetik, karena selain memproduksi kosmetik, UNVR juga memproduksi makanan, minuman, dan kebutuhan sehari-hari. Jadi jika kita mencari pembanding untuk MBTO, maka MRAT adalah yang paling tepat. Ukuran perusahaannya dari sisi aset juga tidak terlalu berbeda.

Kembali ke masalah MBTO. MBTO adalah salah satu anak usaha dari Grup Martha Tilaar, sementara MRAT adalah perusahaannya Ibu Mooryati Soedibyo. Jadi MBTO ini sama sekali bukan saudari dari MRAT, karena pemiliknya berbeda. Berbeda dengan Grup Mustika Ratu yang seluruhnya sudah listing di bursa sejak tahun 1995 dalam bentuk MRAT, Grup Martha Tilaar tidak meng-IPO-kan seluruh grupnya, melainkan hanya MBTO saja. Sementara Grup Martha Tilaar masih punya banyak perusahaan lainnya diluar MBTO, salah satunya PT Sari Ayu Martha Tilaar. Jadi MBTO ini kira-kira sama seperti Agung Podomoro Land (APLN) yang juga menggelar IPO beberapa waktu lalu, dimana APLN hanyalah anak usaha dari Grup Agung Podomoro.

Dan ternyata, juga terdapat kesamaan antara MBTO dan APLN, dalam hal harga saham terbarunya. MBTO ketika IPO dilepas pada harga 740. Sekarang? Tinggal 500, atau sudah anjlok lebih dari 30%. Sementara APLN juga sudah turun ke posisi 340, sekitar 7% dibawah harga IPO-nya. Terlepas dari faktor pengaruh dari kondisi IHSG pada saat ini yang memang lagi koreksi, namun penurunan MBTO hingga 30% tersebut jelas tetap sulit diterima. Terlalu dalam! Bukannya biasanya saham-saham IPO itu selalu naik tajam, paling tidak pada satu atau dua hari perdagangan perdananya? Kenapa MBTO ini malah sudah ditutup turun bahkan sejak hari perdagangan pertamanya?

Lantas apanya yang salah? Kalau kita melirik catatan kinerja terakhirnya, MBTO secara fundamental sebenarnya cukup bagus. Laba bersihnya pada semester pertama 2010 mencapai 12 milyar. Karena ekuitasnya 92 milyar, maka Annual ROE-nya 25.7%, cukup besar dan memang menggambarkan MBTO sebagai perusahaan consumer goods dengan profitabilitas yang bagus. Secara historis pun, sejak 2007, pendapatan dan laba bersih MBTO senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Kalaupun ada masalah adalah utangnya yang mencapai 172 milyar, cukup besar. Tapi karena sebagian besar dari hutang tersebut merupakan utang operasional, dan bukannya hutang finansial, maka pengaruh negatifnya terhadap perolehan laba bersih perusahaan terbilang kecil.

Jadi masalahnya terletak pada harga sahamnya. Harga IPO MBTO yaitu 740, hasil hitungannya PBV 2.9 kali. Angka ini sekilas masih wajar, mengingat MBTO termasuk perusahaan dengan profitabilitas bagus. Tapi kalau kita bandingkan dengan tetangga terdekatnya yaitu MRAT, angka PBV tersebut ternyata sangat tinggi. PBV MRAT berdasarkan laporan keuangan Kuartal III 2010 pada harga terbarunya yaitu 470, hanya 0.6 kali! Dilihat dari PER pun sama. PER MBTO mencapai 33.5 kali, jauh diatas PER MRAT yang cuma 11.4 kali. Meski MRAT sekilas memiliki rasio profitabilitas yang kecil, karena ROE-nya cuma 5.4%, tapi itu karena MRAT memiliki ekuitas yang besar, yaitu 326 milyar (jauh diatas hutangnya yang cuma 39 milyar). Sementara utang MBTO terbilang besar untuk ukuran perusahaan consumer goods. Jadi secara overall, MRAT masih sedikit lebih bagus dari MBTO. Makan tidak masuk akal kalau saham IPO MBTO dijual lebih mahal daripada MRAT. Jadinya, saham MBTO langsung terjun bebas ketika listing.

Pada harga sekarang yaitu 500, MBTO mencatat PBV dan PER masing-masing 1.9 dan 22.6 kali, masih mahal kalau MRAT yang dijadikan pembandingnya. Kalau tidak ada upaya untuk menaikkan harga sahamnya, dan sepertinya memang tidak akan ada, maka untuk saat ini sepertinya agak sulit mengharapkan MBTO bisa bangkit kembali.

Fenomena IPO anak perusahaan

Seperti yang sudah dibahas diatas, MBTO adalah anak usaha dari Grup Martha Tilaar. Sepertinya salah satu perusahaan kosmetik terpopuler di Indonesia ini juga tertarik terhadap peluang untuk mengambil dana investor dari market melalui mekanisme IPO anak usaha, seiring dengan kondisi market yang masih kondusif ketika itu. Sama saja seperti Grup Agung Podomoro yang meng-IPO-kan APLN, Grup Salim yang meng-IPO-kan ICBP, dan Grup Bakrie yang meng-IPO-kan BRMS. Makanya harga IPO-nya dibuat setinggi langit. Kalau mereka sudah dapat duitnya, ya sudah, selesai urusan. Saham MBTO kemudian dibiarkan begitu saja, sehingga berangsur-angsur turun karena memang harganya kemahalan.

Dan memang gak cuma MBTO dan APLN saja harganya pada saat ini sudah cukup jauh dibawah harga IPO-nya. Nyatanya ICBP juga sekarang berada di posisi 4,400, padahal harga IPO-nya 5,395. Cerita berbeda dialami oleh BRMS, yang pada saat ini masih bertahan di 670, masih 35 poin diatas harga IPO-nya. Tapi, BRMS ini bisa bertahan pada harga diatas harga IPO-nya karena sengaja ditahan oleh Grup Bakrie sebagai pemiliknya, karena Grup Bakrie sedang punya kepentingan untuk mengakuisisi 7% saham PT Newmont Nusa Tenggara. Kalau misalnya nanti beredar kabar bahwa Grup Bakrie akhirnya gagal mengakuisisi 7% saham tersebut, maka BRMS ini juga hampir pasti akan mengikuti jejak MBTO, APLN, maupun ICBP. Terlepas dari apakah kinerjanya baik atau buruk, harga IPO masing-masing keempat emiten tersebut terbilang mahal.

Jadi, teori bahwa membeli saham IPO sudah pasti untung, sepertinya harus dipikirkan kembali. Anda memang masih bisa meraup gain instan dari saham IPO, tak peduli meski harga IPO-nya mahal, tapi itu dengan catatan anda harus segera keluar begitu sahamnya listing. Meski MBTO langsung ditutup melemah pada hari perdagangan pertamanya, namun MBTO sempat naik hingga menyentuh level 800 pada pembukaannya. Kalau anda ketika itu menjualnya pada harga tersebut, maka anda masih dapet gain 8% dari MBTO ini, not bad. Semua saham IPO juga begitu: Langsung melesat pada pembukaan hari listing pertamanya, meski harga penutupannya belum tentu tetap menguat.

Tapi kalau anda tidak mau main kilat seperti itu, maka jangan beli sahamnya kalau harganya mahal (kalau anda tidaak yakin soal mahal – murah ini, anda bisa minta pendapat pada teman anda yang lebih berpengalaman), karena jika anda telat keluar sedikit saja, anda akan langsung terjebak loss.

Berhati-hatilah pada IPO perusahaan yang merupakan anak usaha dari sebuah perusahaan, ataupun sebuah grup usaha. Bisa jadi IPO tersebut hanya bertujuan untuk mengambil dana sebesar-besarnya dari investor untuk bayar utang dan sebagainya, dan bukannya untuk mencari dana untuk menambah modal, ekspansi, atau semacamnya. Apalagi jika harganya mahal. IPO model gini, begitu sahamnya listing biasanya kemudian dibiarkan begitu saja mengikuti harga pasar. Dan kalau harga IPO-nya mahal, adalah wajar jika kemudian dia turun bukan?

Susahnya, turunnya harga saham-saham baru ini turut menyebabkan IHSG terkoreksi cukup dalam (karena pertumbuhan harga mereka kan minus, alias bukannya naik, tapi malah turun dari harga perdananya). Koreksi yang terjadi pada IHSG sejauh ini memang masih wajar, dimana ketika note ini ditulis, IHSG ditutup di posisi 3,346, alias masih di level 3,300-an. Tapi jika dimasa mendatang saham-saham IPO ini terus saja turun, maka bukan tidak mungkin koreksi IHSG kali ini akan sedikit lebih dalam dari yang diperkirakan. Time will tell.

Minggu, 16 Januari 2011

KRISIS EKONOMI 2008

Langkah awal menuju krisis dimulai sejak masuknya dana asing ke suatu negara. Untuk krisis 2008 benihnya ditanam besar-besaran pada tahun 2002 sampai tahun 2007. The Fed menurunkan suku bunganya sampai 1% dan kredit dilonggarkan, liquiditas diglontorkan. Spekulan, investor pinjam uang dan berspekulasi. Kebanyakan yang dipinjam adalah US$, kemudian Yen dan Swiss frank. Karena sifat sistem FRB, maka dana yang bisa dipinjamkan sangat besar.

Dana ini mengalir ke negara-negara lain. Di suatu negara, aliran dana masuk bisa digambarkan seperti diagram di bawah ini. US$ masuk ke dalam ekonomi suatu negara. Kemudian bank sentral melakukan sterilisasi dengan membeli US$ dan mencetak uang lokal (rupiah, yuan, Singapore dollar, dsb). Uang lokal yang baru ini oleh bank komersial dipakai untuk menciptakan kredit yang berlipat ganda. Bayangkan bagaimana besarnya pencipkaan kredit ini kalau ditelusuri dari asalnya di US.

Bank Sentral, BI untuk Indonesia, akan menukarkan US$ ke treasury bond (TB) atau surat hutang US dan disimpan sebagai cadangan devisa. Jangan heran kalau cadangan devisa di seluruh dunia naik tidak karuan dalam kurun waktu yang pendek – 5 tahun, dari $ 1.5 trilliun menjadi hampir $ 7 trilliun

Ekonomi negara yang bersangkutan menjadi marak. Ada yang ekonomi riilnya marak seperti Cina, Russia, Dubai, Abu Dhabi. Ada yang Cuma ekonomi makronya saja. Yang ekonomi riilnya marak seperti Cina, investasi di sektor riil cukup besar. Banyak pabrik-pabrik dibangun. Tetapi kalau dilihat secara cermat industri Cina masih berorientasi US dan Asing. Menurut teman saya, warga negara Cina, pabrik-pabrik di Cina kebanyakan hanya menerima order dari US. Kemudian barang-barang ini di beri label dan merek US, Seperti Lenovo, Dell, ToyRUs. Jadi tidak lain hanya perpanjangan tangan industri di US. Dengan kata lain, yang selama ini dikatakan bahwa US mengalami defisit perdagangan tidak 100% benar. Karena industri yang ada di Cina (negara yang mengalami surplus perdagangan) adalah perpanjangan industri di US (negara yang mengalami defisit perdagangan). Yang banyak untung adalah industri US juga. Sengaja saya beri penekanan pada kata ini, karena akan saya pakai untuk menerangkan bagaimana krisis di Russia yang notabene punya cadangan devisa lebih dari $ 550 milyar.
Untuk Indonesia, dana asing ini masuk ke sektor saham dan kredit perkebunan dan pertambangan. Memang bukan perpenjangan industri di US tetapi adalah pendukung industri dan konsumsi di US. Yang berbahaya adalah kreditnya.

AWAL DARI KRISIS
Awal dari krisis adalah dimulai dari kasus subprime. Ingat dengan sistem FRB, kerugian kecil bisa membangkrutkan bank. Ini adalah korollari hasil deduksi sebelumnya. Karena kerugian dari subprime, banyak bank di US mempunyai equity yang negatif. Karena sebagian reservenya musnah karena gagal bayar, maka kreditpun harus dikurangi untuk mempertahankan perbandingan cadangan vs kredit. Banyak kredit tidak diperpanjang. Dan kredit yang dananya disalurkan ke luar negri ditarik.

Terjadilah repatriasi US$. Proses repatriasi US$ di sebuah negara, seperti Indonesia misalnya, bisa digambarkan seperti yang terlihat pada diagram di bawah ini.

Gejalanya nampak dengan mengkerutnya sektor-sektor yang sebelumnya dimasuki dana asing. Bursa saham anjlok, jika sebelumnya bursa dimasuki dana asing. Kredit luar negri tidak diperpanjang. Ini dialami beberapa perusahaan.

Secara sederhana apa yang bisa terjadi, kira-kira sebagai berikut:

1. Repatriasi bisa berlangsung cepat dan lebih cepat dari pada kerja BI menukar US-TB nya. Sehingga terjadi kelangkaan US$. Harga US$ akan melonjak. Pemerintah akan mencoba mengerem proses ini. Spekulan lokal ikut ambil bagian dan membuat pemerintah semakin panik. BI juga lambat menarik rupiah, sehingga membuat rupiah semakin melemah.

2. Karena dana asing keluar, maka kredit yang diciptakan (berdasarkan azas FRB), juga harus dikurangi dan jumlahnya berlipat ganda. Ingat dana $ 100 juta yang masuk didepositkan bisa menciptakan $900 juta kredit, dan kalau dana ini keluar, maka $ 900 juta kredit juga harus ditarik.

3. Di Indonesia (atau Cina atau Russia) terjadi penarikan kredit secara besar-besaran. Repotnya kalau dana asing ini keluar dengan keuntungannya yang cukup besar. Secara aggregat bank-bank di negara yang bersangkutan akan mengalami negatif equity. Artinya equity nya tidak cukup untuk membayar deposit nasabahnya.

Kamis, 13 Januari 2011

FRACTIONAL RESERVE BANKING (FRB)

FRB adalah cara untuk menciptakan kredit yang berlipat ganda dari tabungan nasabah atau cadangan/kapital. Misalnya sebuah bank memiliki dana (bisa dari tabungan nasabah atau dari bank sentral) Rp 100 milyar. Bank ini boleh meminjamkan dana ini kepada orang lain dan menyisakannya hanya sebagian saja, misalnya 10%. Berarti Rp 90 milyar bisa dipinjamkan dan sisanya Rp 10 milyar dijadikan cadangan. Kita akan lihat dengan skala negara yang punya beberapa bank komersial. Tentu saja si peminjam (debitur) tidak akan menarik uangnya (hutangnya, kreditnya) dan membawanya ke rumah dan disimpan di bawah bantal. Melainkan disimpan di rekeningnya di bank. Oleh bank, uang yang Rp 90 milyar ini juga boleh dipinjamkan lagi sebanyak 90% yaitu Rp 81 milyar. Dan sisanya, 10% yaitu Rp 9 milyar dijadikan cadangan.

Hal yang sama terjadi dengan uang yang Rp 81 milyar ini, 90%nya boleh dipinjamkan lagi dan sisanya (Rp 8.1 milyar) dijadikan cadangan. Hal ini bisa terjadi seterusnya sehingga uang yang tadinya hanya Rp 100 milyar bisa menciptakan kredit sebesar Rp 900 milyar.

Sekarang coba pikirkan: kalau seandainya ada seorang debitur rugi Rp 100 milyar dan tidak bisa bayar, bangkrut, pailit. Otomatis uang deposit (kapital) awal yang Rp 100 milyar itu musnah, tidak bisa dibayar. Dan bank mempunyai equity yang negatif.

Ini yang terjadi di bank Northern Rock Inggris tahun 2007. Ketika nasabahnya mau mengambil depositnya, bank tidak punya uang sebanyak itu. Bank tidak solvent dan menjadi bangkrut.

Selasa, 11 Januari 2011

KRISIS BAHAN MAKANAN

PEMERINTAH TIDAK BISA MENGENDALIKAN HARGA CABE
Harga cabe melambung mencapai Rp 100.000 per kg. Artinya 1 gr emas hanya dapat 4 kg cabe.
akankah dampak harga cabe akan mempengaruhi perekonomian orang Padang, Menado dan Sunda.

Anehnya, pemerintah masih mengatakan bahwa inflasi di bawah 7%. Mungkin dalam menghitung inflasi tidak dimasukkan harga cabe atau bobotnya kecil sekali. Sehingga angka inflasi tidak mencerminkan harga benda yang menjadi bumbu utama rakyat Minang, Menado dan banyak suku di Indonesia. Menurut kabar, BPS mau menurunkan lagi bobot harga cabe supaya angka inflasi lebih tidak mencerminkan tingkat inflasi yang sebenarnya. Ini yang disebut statistic engineering. Jadi singkatan BPS menjadi Badan Penipuan Statistik. Kata Mark Twain: Ada tipuan, ada tipuan besar dan ada statistik.


MATI KARENA MAKAN TIWUL
Berita di Kompas tanggal 3 Januari 2011 berjudul Enam Bersaudara Meninggal Akibat Tiwul mengatakan bahwa ada 6 bersaudara mati kelaparan di Jepara.

Di bawah ini petikan beritanya:

Sedangkan anak nomor lima dan tiga, yakni Saidatul Kusniah (8) dan Faridatul Solihah (15) yang meninggal Senin dini hari dimakamkan pada hari ini sekitar pukul 11.00 WIB. Dia mengakui, keluarganya mulai mengonsumsi tiwul sebagai makanan alternatif sejak dua pekan terakhir, mengingat penghasilannya sebagai penjahit di Semarang kurang mencukupi kebutuhan keluarga.

"Setiap pekan, penghasilan saya hanya berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 200.000," ujarnya.

Penghasilan selama sepekan tersebut, kata dia, hanya bertahan selama tiga hingga empat hari saja. "Terkadang, kami hanya bisa membeli beras 10 kilogram dari biasanya bisa membeli hingga 16 kg untuk memenuhi kebutuhan delapan anggota keluarga," ujarnya.
Di beberapa situs berita ini dikutip dan diplintir sehingga seakan-akan 6 orang anggota keluarga ini mati kelaparan. Padahal mati keracunan.

Terlepas penyebab matinya itu karena keracunan, tetapi hal ini bisa dihindari kalau mereka makan beras. Ketela atau bahan baku tiwul ada yang beracun. Namanya singkong mukibat dan singkong racun. Kalau mengolahannya tidak baik, maka racun sianida yang dikadung singkong ini masih bercokol didalamnya. Jadi penyebab kematian mereka ini secara tidak langsung adalah kemiskinan dan naiknya bahan-bahan pangan. Kita ikut prihatin terhadap nasib mereka dan lain-lain yang terkena dampak naiknya harga pangan.


PELAJAR CHINA PROTES MAKANAN
Di Guizhou, pelajar sekolah (bukan pelajar madrasah atau pelajar kuil Shiolin) melakukan protes dengan merusak meja-meja, kursi dan kafetaria mereka. Mereka ini memprotes kenaikan harga makanan di kantin mereka yang terjadi berkali-kali.

Harga bahan pangan, dari mulai buah-buahan lokal, sayuran, beras dan gandum naik drastis dalam beberapa bulan ini di Cina. Jangan tanga harga daging. Pada minggu lalu ada berita mengenai Carrefour dan Wal Mart dikenai pengontrolan harga oleh pemerintah Cina. Kenaikan harga juga menjalar ke restoran fast food seperti MacDonald dan juga pedagang-pedagang buah, sayur dan kebutuhan dapur ritel. Entah bagaimana tindakan pemerintah Cina untuk mencegah naiknya harga-harga pangan ini. Cina harus bertindak sebelum lonjakan harga pangan menjelma menjadi protes besar seperti yang terjadi di Mozambique, Tunisia dan Aljazair.


PROTES PANGAN MOZAMBIQUE
Di Mozambique, negara Afrika, terjadi protes kenaikan harga pangan. Dikabarkan ada 13 orang mati di dalam huru-hara itu. Kejadian ini terjadi pada bulan September 2010. Ada 146 orang ditahan setelah itu. Setelah itu, tidak banyak kabar mengenai krisis pangan di Mozambique lagi.


PROTES PANGAN DI ALJAZAIR
Kalau di Mozambique dan Cina protes pangan terjadi beberapa bulan lalu, berita yang masih hangat datangnya dari Aljazair. Beritanya dilangsir oleh Aljazeera dengan judulnya, protes kenaikan harga meledak di seluruh Algeria Price protests erupt across Algeria. Sekedar pengetahuan saja, bahwa TV Aljazeera tidak berlokasi di Aljazair melainkan di Dubai. Beritanya juga disiarkan di TV, karena Aljazeera adalah stasiun TV, bukan penerbit koran.


BOLIVIA PROTES HARGA ROTI
Bolivia protes karena harga roti naik. Berita yang dilangsir pada tanggal 5 Januari ini mengatakan bahwa pemerintah Bolivia telah mengurangi subsidi BBM dengan menaikkan harga BBM sampai 85%. Kenaikan harga BBM ini merambat ke harga barang lainnya terutama bahan pangan. Akibatnya penjual ritel terpaksa menaikkan juga baang-barang jualannya.

Polisi datang ke toko-toko dan bersitegang dengan para pedagang ritel agar mereka tidak menaikkan harga barang. Lucu juga. Kalau pemerintah boleh menaikkan harga BBM sampai 85%, tetapi pedagang roti tidak boleh menaikkan harga rotinya. Mungkin maksudnya pemerintah adalah mengalihkan sebagian tanggung jawabnya untuk memakmurkan bangsa ke bahu pedagang. Sayangnya pemerintah Evo Morales juga tidak mengalihkan sebagian kekuasaan politiknya kepada pedagang. Ini yang disebut mau enaknya sendiri. Mungkin akhirnya episode ini merupakan awal dari penyerahan kekuasaan sepenuhnya dari Evo Morales kepada politikus lain. Bukan kepada pedagang-pedagang roti yang dipaksa memikul subsidi roti lho.


TUNISIA PROTES PENGANGGURAN
Setelah Aljazair, Bolivia, Mozambique, Cina, sekarang gilirannya Tunisia. Demonstrasi memprotes tingginya pengangguran dan kenaikan harga-harga telah melanda Tunisia, pada bulan Desember 2010 lalu seperti yang dilangsir oleh TV Aljazeera . Satu orang dikabarkan mati dan beberapa luka-luka. Penyebab demonstrasi ini tidak jelas. Cupikan berita dari Aljazeera di bawah ini akan membuat kita mengerutkan kening.

The cause of the latest violence was not immediately clear but similar clashes
broke out on December 17 in the town of Sidi Bouzid after a man committed
suicide in a protest over unemployment.

A 26-year-old university graduate, Mohammed Bouazizi, had eked out a living peddling fruit and vegetables because he could not find a job.

When police confiscated his produce because he did not have the necessary permit, he doused himself in petrol and set himself alight, the Tunisian League for the Defence of Human Rights said.
Hidup yang sulit membuat Mohammed Bouazizi bunuh diri ketika diganggu polisi. Kemudian masyarakat mengamuk kepada polisi. Begitu ceritanya. Keadaan seperti ini hanya bisa terjadi kalau kondisi emosi dan mood masyarakat betul-betul sudah muak terhadap pemerintah.



KRISIS PANGAN?
Minggu ini harga bahan komoditi dunia melonjak. Indeks CRB naik di atas level tertinggi sebelumnya di tahun 2008 . Serangannya saat ini lebih banyak ke pangan, bukan energi seperti tahun 2008. Walaupun serangan kali ini lebih banyak ke kelompok pangan, tetapi gelombang protes tidak dilaporkan seheboh tahun 2008. Paling tidak maraknya aksi protes saat ini bisa dijelaskan dengan kenaikan harga bahan pangan yang mencapai rekor baru. Oleh sebab itu beberapa waktu yang lalu, saya mengatakan secara sarkas-sadonik bahwa lebih baik punya kambing dari pada emas.

Menurut FAO (badan pangan dunia), krisis keuangan tahun 2007 – 2009 melahirkan kenaikan jumlah manusia yang kekurangan pangan, dari sekitar 850 juta di tahun 2005 – 2007 menjadi 1,03 milyar di tahun 2009. Di tahun 2010 turun kembali menjadi 925 juta. Dan untuk tahun 2011 – 2012 kemungkinan naik di atas 1 milyar kembali. Dan banyak dari penderita “kelaparan” ini berasal dari negara maju dan yang menjadi penyebab adalah krisis ekonomi yang menghantam negara-negara maju. Walaupun penambahan ini banyak berasal dari negara-negara maju, akan tetapi porsi terbesar tetap dipegang oleh Asia Pasifik yaitu 62,5 % dari seluruh kelaparan dunia.

Krisis keuangan tahun 2007 – 2009 membawa tingkat jumlah penduduk kelaparan kembali tahun entah kapan, jauh melewati level tahun 1961. Tahun 1061 hanya ada 875 juta penduduk dunia yang kelaparan. Dan krisis, pada puncaknya menyebabkan di lebih dari 1 milyar penduduk dunia kelaparan.

Indonesia sendiri mempunyai 13 % dari penduduknya kelaparan (2005-2007), turun dari 15% tahun 2000-2002. Angka 13% ini kemungkinan naik pada periode krisis keuangan global. Bisa jadi kembali pada level 15%. Masa termakmur bagi Indonesia adalah dimasa pra-krismon 1997 yaitu hanya 11%.

Kalau pembaca tertarik pada statistik kelaparan, bisa browsing di situs-situshttp://www.fao.org/hunger/en/ dan http://www.worldhunger.org/


APAKAH AKAN ADA KIAMAT PANGAN?
Pertanyaan yang menarik mengenai krisis pangan yang menyebabkan maraknya gelombang protes dan demonstrasi selama tahun 2008 dan 2011 ini adalah, apakah akhirnya kebudayaan manusia akan hancur karena krisis pangan, Apakah akhirnya manusia harus me-recyle manusia untuk bisa makan?

Dua ratus tahun lalu, Robert Malthus mengeluarkan sebuah teori. Katanya: “kenaikan produksi pangan adalah seperti deret hitung, sedangkan kenaikkan jumlah penduduk adalah seperti deret ukur.” Kesimpulan dari dalil ini adalah bahwa pada suatu masa akan terjadi kekurangan pangan yang dikenal sebagai Malthusian End of the World.

Teori Malthus ini masih diajarkan di sekolah-sekolah di dalam mata pelajaran ekonomi. Selama 210 tahun, teori ini tidak pernah terbukti.

Ide Robert Malthus dimunculkan di jaman modern ini heboh di akhir dekade 1960an oleh Paul Ehrlich. Bukunya yang menjadi best seller adalah The Population Bomb. Pada edisi awal dari buku ini, Paul Ehrlich meramalkan bahwa pada dekade 1970an dan 1980an ratusan juta orang di dunia ini akan mati kelaparan walaupun usaha-usaha untuk mencegahnya sudah dilakukan. Bukunya dimulai dengan pernyataan:

The battle to feed all of humanity is over. In the 1970s and 1980s hundreds of
millions of people will starve to death in spite of any crash programs embarked
upon now. At this late date nothing can prevent a substantial increase in the
world death rate.....
Ramalan Paul Ehrlich sangat jelas dan gamblang. Tahun dekade 1970 dan 1980 akan ada ratusan orang mati kelaparan. Banyak yang terpengaruh. Dimulailah secara gencar program-program yang tujuannya mengerem laju jumlah penduduk. Namanya Family Planning atau Keluarga Berencana. Penerapan program ini di banyak negara dilakukan secara paksa oleh Pemerintah. Di Cina dikenal dengan program 1 anak. Di Singapore, sangat effektif. Juga di Indonesia.

Tetapi apa yang terjadi. Sejak tahun 1969 sampai tahun 2007, jumlah orang kelaparan di dunia terus turun. Jangankan adanya Kiamat Malthus – Mati karena Kelaparan Global. Yang terjadi adalah sebaliknya. Jumlah penduduk dunia yang kelaparan turun. Bahkan kalau diukur dengan persentase (%) populasi dunia, angka penduduk yang kelaparan turun drastis dari sekitar 33% tahun 1969 menjadi 16% di tahun (2005 – 2007).

Selama 1 – 1,5 dekade ini, sejak tahun 1995 perbaikan tingkat hidup manusia di bumi ini mulai mendatar. Artinya, usaha-usaha yang dilakukan tidak banyak merubah nasib penghuni dunia golongan yang miskin. Yang tersisa ada di kantong-kantong negara Afrika yang dirusak perang (tidak bersaudara) atau negara sosialis totalitarian seperti Korea Utara (33%), Eriteria (64%), Bolivia (27%), Kongo (69%), Ethiopia (41%), Sudan (22%), Mozambique (38%).

Jadi kesimpulannya kelaparan pangan hanya ada di film fiksi, negara totalitarian, dan negara yang suku-sukunya suka saling berperang.


Dari teori chaos yang terkenal itu, dapat dikatakan bahwa kepak sayap kupu-kupu di Amazon menyebabkan badai di lautan Pasifik. Saya tidak tahu apakah hal ini relevan dengan apa yang terjadi saat ini. Pembangunan kota kosong di Cina mengakibatkan demostrasi di Aljazair, Mozambique, Tunisia,

Kalau diurut-urut bisa ada hubungannya. Cina yang mengucurkan dana stimulus ekonomi sebesar $ 500 milyar dan kredit domestiknya sebesar 15 triliun Yuan, untuk membangun kota-kota kosong di Cina. Akibatnya harga-harga bahan komoditi yang ada kaitannya dengan pembangunan itu, seperti besi, bijih besi, semen, dan sejenisnya. menunjukkan kenaikan harga bijih besi selama ini. (Pada bulan Desember ini sudah cenderung melemah).

Walaupun harga bahan komoditi melonjak naik, tetapi perdagangan internasional tidak terlalu marak, bahkan cenderung turun. Hal ini ditunjukkan oleh Baltic Dry Index yang sudah turun dan mencapai level tahun 2001

Dengan kata lain kenaikan harga pangan dan bahan komoditi, lebih banyak disebabkan oleh aksi spekulasi yang masuk di bursa komoditi. Dengan kredit murah, para spekulator (bank) bisa menggunakan leverage yang tinggi untuk berspekulasi. Harga-harga merambat ke komoditi pangan, karena pedagang latah, termasuk cabe di Jakarta dan bawang di India. Karena cabe dan bawang bukanlah bahan pokok, maka konsumen bisa menguranginya. Akibatnya bisa dipostulasikan bahwa kasus ambeyen (wazir) di Jakarta turun karena orang mengurangi makan cabe dan bau badan orang India juga turun karena mereka mengurangi makan bawang.

Kalau di koran-koran mulai banyak yang membicarakan masalah kenaikan harga pangan ini, opini saya mengatakan bahwa kenaikan cabe dan bahan pangan dunia ini sudah mendekati masa-masa terakhirnya. Indeks CRB sudah men-test top nya di tahun 2008, kemungkinan membentuk double tops. Huru-hara sudah merebak di beberapa negara, walaupun tidak semarak tahun 2008, juga merupakan indikasi akan berakhirnya rally bahan komoditi. Ini tidak berarti besok atau bulan depan harga bahan komoditi harus turun. Bisa saja aksi demo dan kerusuhan meningkat dulu sampai mencapai intensitas yang sama dengan tahun 2008, baru kemudian harga komoditi turun.

Walaupun harga bahan komoditi nantinya turun, kalau warung sate PSK sudah menaikkan harga satenya, Retoran Padang menaikan harga, maka rasanya mustahil mereka akan diturunkan kembali.

Minggu, 09 Januari 2011

WORST SCENARIO for IHSG 2011

Seperti yang kita ketahui Bursa Saham kita di kuasai oleh Big Player atau Bandar (BD)

Dengan pendekatan BANDARMOLOGI, di 2011 ada celah bagi BD untuk mengeruk untung besar, dengan cara :
- Bikin BUMI kebawah 2000 tapi jangan buy back LQ45, maka IHSG akan turun balik ke 2500.
- Nah sesudah itu reboundkan IHSG ke puncak 2010 yaitu 3788
- Jadi meskipun IHSG tidak naik selama 2011 tapi bisa untung gede yaitu sebesar 3788-2500 = 1288 atau 1288/2500 = +51%.

INI scenario yg sangat sederhana tapi sangat FEASIBLE dan ACHIEVABLE !!!

Jadi tinggal nunggu keputusan BD aja, apakah dia SMART ???? (sepertinya sudah pasti sih mereka smart)


Secara teori kalo kembali ke 2500 itu Feasible dengan alasan :
- Harga saham2 LQ45 sudah banyak yg turun dalam, coba check saham Blue Chip seperti BBRI dan INTP, kalau turun lagi maka saham2 tsb akan masuk kedaerah harga saat IHSG masih 2500an
- Jadi kita tinggal tunggu aksi BD, mau beli balik saham LQ45 lagi saat ini atau mau di short dulu

Mana yg lebih menguntungkan buat BD ?, dan jangan bepikir untuk keuntungan kita karena yg menentukan bursa mau kemana adalah mereka dan bukan kita.

(Since June 2010, many institutional investor eyed Indonesia market activity, but unfortunately, it's too late for them to get into >Indonesia market at current level.)

- Sejak Juni 2010, Investor masuk ke BEI selama 4 bulan
- Selama periode ini mereka menghancurkan BUMI ke 1300 (Sell BUMI Buy LQ45)
- Sesudah itu mereka angkat BUMI diatas 2000 dan melepaskan LQ45 selama 3 bulan (Buy BUMI sell LQ45). Jadi saham LQ45 sudah turun banyak.
- Kalo institusi asing mau masuk ke Indonesian market, harga2 sudah murah lagi, jadi apakah ini "too late" atau memang tidak mau masuk ????

Jadi kita tunggu aja, apakah institusi mau balik ke Indonesian market atau tidak?.



Sebenarnya BD itu ngasih tanda kalo mau jualan/short LQ45, contohnya saham bank Niaga (BNGA)yg menjulang TINGGI kelangit....

Coba ada yg bisa jelaskan engga kenapa BNGA naik tinggi dan sekarang balik ke asal lagi ?.

Secara pendekatan Bandarmologi, alasan naik tinggi dan turun kembali ke asal cukup jelas alasannya...

Coba kita check apakah Low IHSG Kemurahan atau Kemahalan:
- IHSG: tertinggi 3788, terendah kemarin 3434
- BBRI: tertinggi 6400, terendah 4525
Jadi IHSG = 4525/6400 x 3788 = 2678 vs 3434
Kesimpulan: IHSG kemahalan atau BBRI kemurahan
- INTP: tertinggi 19400, terendah 14600
Jadi IHSG = 14600/19400 x 3788 = 2850 vs 3434
Kesimpulan : IHSG kemahalan atau INTP kemurahan
- ASII: tertinggi 60759, terendah 45750
Jadi IHSG = 45750/60750 X 3788 = 2850 vs 3434

3 Blue Chip saham LQ45 menunjukan LOW IHSG seharusnya 2850 dan bukan 3434, malah BBRI menujukan IHSG LOW seharusnya 2678.

Selisih ini terjadi karena BD memindahkan portfolio LQ45 ke BUMI sebagai SAFE HAVEN atau tempat AMAN untuk berlindung saat market crash.

Jadi kalau PROJECT SAFE HAVEN ini terganggu maka anda tahu efeknya terhadap IHSG, karena IHSG sudah tiarap

Sabtu, 08 Januari 2011

Valuasi EMAS sederhana

Emas seperti halnya objek investasi lainnya seperti anthorium, ikan lohan, saham BUMI, bisa murah dan bisa bubble. Pada puncaknya harga ikan lohan bisa Rp 30 juta per ekor beberapa tahun lalu. Demikian juga pohon anthorium, valuasinya dilakukan dengan menghitung berapa lembar jumlah daunnya dan 1 lembar daun nilainya Rp 500,000. Jadi harga sebuah pohon athorium dengan 5 daun adalah Rp 2,500,000. Itu pada titik bubble nya. Pada titik normalnya, seekor ikan lohan paling-paling saat ini Rp 10,000 – Rp 50,000 demikian juga pohon anthorium. Karena dalam investasi emas juga terdapat unsur bubble, istri saya dan teman-teman saya menanyakan apakah pada saat ini emas sudah pada level bubble ataukah belum.

Valuasi emas yang paling mudah adalah dengan membandingkannya dengan kambing. Harga kambing sepanjang sejarah, rata-rata adalah ekivalen dengan 3 gram emas. Pada jaman Romawi, jaman Jesus, jaman nabi Muhammad, ...... sampai jaman modern, nilai tukar kambing terhadap emas kurang lebih 1 ekor kambing ukuran rata-rata = 3 gram emas. Jadi valuasi ini bisa dipakai untuk menentukan murah atau mahalnya emas.

Lima tahun lalu, ketika pertama kali kami menganjurkan untuk membeli emas, harga kambing adalah Rp 500,000 dan harga emas adalah Rp 100,000. Jadi 1 ekor kambing = 5 gram emas. Pada kondisi seperti ini harga kambing mahal terhadap emas. Atau dengan kata lain harga emas murah.

Saat ini, tahun 2008, harga seekor kambing adalah Rp 1,000,000 dan harga emas adalah Rp 260,000 per gram. Atau kira-kira 1 ekor kambing = 4 gram emas. Jadi harga emas masih murah.

Jadi investasi di emas sangatlah mudah. Beli pada saat emas di nilai tukar 1 kambing lebih dari 3 gr emas. Simpan, dan dalam jangka waktu yang lama maka harganya akan naik sehingga 1 ekor kambing dihargai dengan kurang dari 3 gr emas. Bisa saja emas mengalami bubble seperti di tahun awal dekade 80an. Pada saat itu diperkirakan harga kambing hanya 0.5 – 1 gram emas saja.

Mengingat kemungkinan besar akan terjadi bubble dan mania di sektor emas dalam dekade mendatang, kami akan mengajarkan bagaimana seorang professional berinvestasi dan memaksimalkan keuntungan. Kalau harga wajar emas adalah 1 kambing = 3 gram emas, kenapa kita harus menjual emas di level tersebut. Kalau harga emas naik lagi, bagaimana? Bagaimana strategi untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan resiko kecil.

Kalau harga emas masih di level: 1 ekor kambing harganya lebih mahal dari 3 gram emas, maka saat itu bagus untuk membeli emas.

Kalau harga emas di level: 1 ekor kambing = 3 gram emas, level adalah level netral.

Kalau harga emas di level: 1 ekor kambing perlu emas kurang dari 3 gram kita bisa terapkan sistem hold, ambil untung sebagian dan trailing stop.

Biasanya sebagian besar orang akan melakukan aksi ambil untung sebagian (50%), ketika keuntungan mencapai 100%. Kalau misalnya harga emas mencapai level 1 kambing = 1.5 gr emas, maka 50% dari emas di portfolio diliquidasi. Dan sisanya, yang berupa keuntungan murni dibiarkan terus mengarungi keuntungan yang lebih tinggi. Liquidasi sebesar 50% ini adalah untuk memastikan bahwa kapital kita utuh.