Semua tulisan di blog ini

Semua tulisan di blog ini
Semua tulisan di blog ini bukan menganjurkan untuk membeli/menjual saham/obyek trading Anda, Semua keputusan ada di tangan Anda karena itu berhati-hatilah dalam melakukan trading dan investasi.

Jumat, 21 Desember 2012

IHSG OUTLOOK & TABEL ENTRY 21 DESEMBER 2012


  • Hari ini adalah hari terakhir di minggu ini, dan tahun 2012 masih menyisakan 1 minggu depan, dengan 3 hari kerja, yaitu hari Rabu, Kamis dan Jumat.
  • Dengan demikian hari Jumat ini ditutup dan buka kembali hari Rabu (libur 5 hari), kemungkinan market masih akan terjadi profit taking, untuk antisipasi liburan panjang ini.
  • IHSG kemarin sempat turun lebih dari 1%, namun akhirnya tutup turun -0.49%, banyak saham yang turun dalam, namun menjeleng last minute diangkat kembali, termasuk saham GGRM sempat turun hingga 55.050, namun close pada harga 57.000, BBRI sempat turun dilevel 6800, dan close di harga 6900, dsb.
  • Saham Bimantara Group biasanya tampil anomali terhadap IHSG, namun kemarin saham Bimantara group malah turun melebihi IHSG, tertuama pada saham BHIT dan IATA,  BHIT yang turun hingga level 500, namun close masih diangkat dilevel 520, IATA sempat dibawa turun hingga 200, namun close berhasil dilevel 210.
  • Pemandangan IHSG sangat tidak kondusif, apakah ini para Trader/Investor ingin mengosongkan dulu portofolio menjelang liburan panjang, ataukah memang kekhawatiran tentang fiscal cliff, namun jika kita perhatikan IHSG sering anomali terhadap Dow dan bursa regional Asia, maka bisa juga IHSG mempunyai masalah dalam negeri sendiri, yang penulis cari-cari beritanya adalah sekitar awal tahun 2013 ini adalah kenaikan Tarif Upah Minimum, Kenaikan Tarif Dasar Listrik.
  • Saat ini resiko lebih besar daripada reward, karena harapan IHSG naik  ke level 4400, namun jika IHSG turun bisa mencapai 4150.(IHSG ada gap di level 4103-4126).
  • Sekarang kita mendingan fokus kepada 2 hal yaitu money managemen dan fokus kepada saham-sahamnya masing-masing, karena tidak semua saham pasti terbawa arus down trend.
  • Penurunan kemarin sempat ke level 4222, turun diatas 1%, namun penurunan kemarin tidak diimbangi oleh volume dan asing juga tidak agresif berjualan, ini masih sedikit menyejukan buat kita sebagai trader kecil, namun sekali lagi bagi yang full portofolio sudah saatnya kembali pegang cash lebih banyak (minimal 50%).
  • Pagi ini Dow ditutup naik 0.45%, apakah IHSG akan anomali kembali? Yang jelas kenaikan Dow justru anomali tajam dengan penurunnan harga Emas dunia yang sempat ke level 1635, dan akhirnya tutup di level 1645.
  • Penulis tampilkan kembali tabel saham-saham yang masih up trend, down trend dan no trend, beserta arah sektor-sektor IHSG.
  • Sektor yang masih strong bullish adalah sektor industri dasar, yang termasuk sektor ini diantaranya adalah saham semen dan saham-saham poultry (makanan ternak).
IHSG




PGAS




BEST






Tabel entry, stop dan target harga :


Warna Hijau : adalah saham-saham yang break out (Buat trader Buy High Sell Higher).

Warna biru : adalah saham-saham yang bullish dan berpeluang untuk break out.

Warna putih : adalah saham-saham yang masih bearish namun berpotensi naik.

Trade Signal : Ini sinyal2 yang dihasilkan pada saat explorasi.

Strenght : Berhubungan dengan kondisi trend. Semakin besar posisinya artinya semakin bullish. (Max 100 minimal -100), Penulis kadang tidak menimbulkan kolom strenght, bila saham pilihannya terlalu banyak, karena Penulis sudah pilihkan dengan saham yang berwarna hijau, biru dan putih.

VChg : adalah perubahan volume terhadap hari sebelumnya, semakin besar perubahan volume'nya, berarti semakin bagus.

Chg : adalah perubahan harga close terhadap harga close sebelumnya.

W/B : White and Black. Ini menghitung body candle. Bila -4 artinya 4 hari berturut-turut candlenya hitam (Close > Open).




OUTLOOK US & GLOBAL 21 DESEMBER 2012


• Bursa saham global naik di hari Kamis kemarin menyusul anggota parlemen di Washington terus bekerja keras di dalam negosiasi mereka atas "jurang fiskal" AS, sementara harga emas jatuh ke level terendahnya sejak Agustus ditengah aksi penjualan akhir tahun.
• Wall Street rebound dari koreksi awalnya, setelah Kepala DPR AS dari Partai Republik John Boehner, mengatakan pihaknya akan terus berupaya mencapai solusi untuk menghindari “jurang fiskal” sementara juga terus melakukan pendekatan mengenai kebijakan anggaran dengan Presiden Obama. DPR AS yang dikuasai Partai Republik berupaya meloloskan rencana mereka untuk menaikkan pajak pada sebagian orang kaya di Amerika. Langkah tersebut terancam akan mendapat veto dari Obama.
• Meskipun kedua kubu sepakat untuk terus mencari solusi yang tepat untuk menghindari “jurang fiskal” namun perkembangan yang lambat telah membuat investor bertindak hati‐hati dan cenderung menahan diri. Perdagangan mata uang berada dalam kisaran sempit menjelang libur Natal dan euro bergerak bolak‐balik terhadap dolar. Di pasar komoditas, harga minyak berjangka AS menguat namun harga Brent berjangka terkoreksi.
• Dow Jones industrial average <.DJI> naik 59.75 poin atau 0.45% di 13,311.72. Standard & Poor's 500 Index <.SPX> naik 7.88 poin atau 0.55% di 1,443.69. Sedangkan Nasdaq Composite Index <.IXIC> naik 6.02 poin atau 0.20% di 3,050.39.
• NYSE Euronext <NYX.N> mencatat kenaikan harian terbesarnya, dengan naik 34.1% menjadi $32.25, setelah IntercontinentalExchange Inc <ICE.N> mengatakan akan membeli operator New York Stock Exchange tersebut senilai $8.2 milyar. Saham ICE naik 1.4% ke $130.10.
• Indeks ekuitas dunia MSCI naik 0.2% mendekati 343 poin. Indeks berada dekat dengan level tertinggi sejak Juli 2011.
• Di Eropa, pergerakan indeks saham terlihat terhambat setelah secara teknikal berada dalam zona overbought (jenuh beli) dengan FTSEurofirst 300 <.FTEU3> ditutup tetap di level 1142.80 poin.
• Perkembangan mengenai negosiasi untuk menghindari “jurang fiskal” AS terus dimonitor pelaku pasar disamping juga perkembangan data ekonominya. Euro menebus kerugian awal sesi untuk ditutup menguat 0.1% di $1.3226. DI hari Rabu sebelumnya, euro menembus level tertinggi 8‐1/2 bulan terhadap dolar di $1.3308. Jika kesepakatan berhasil dicapai pada saat yang tepat, maka euro berpeluang untuk terapresiasi ke $1.3500 di awal Januari 2013.
• Harga emas jatuh di bawah $1650 per ons, turun lebih dari 1% akibat terjadinya likuidasi besar‐besaran oleh investor, dan juga sinyal membaiknya perekonomian AS yang memicu aksi jual yang mendorong harga ke level terendahnya dalam 4 bulan. Harga emas jatuh di bawah level MA‐200 akibat menurunnya permintaan pada aset aman resiko setelah data menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih pesat dari perkiraan di 3.1% y/y di kuartal ketiga. Harga perak anjlok 4% dan platina turun sekitar 2%. Harga emas turun 3.1% di $1,645.10 per ons setelah mencatat intraday low di $1,635.09, level terendahnya sejak 22 Agustus.
• Harga Treasury AS memangkas keuntungan awal sesi dipicu naiknya bursa saham Wall Street ke level intraday high setelah meningkatnya optimisme akan tercapainya kesepakatan untuk menghindari “jurang fiskal” AS. Treasury tenor 10 tahun naik 1/32 dengan yield di 1.8014%.
• Sementara di pasar minyak, harga minyak mentah AS naik 0.17% di $90.13 per barel, namun harga minyak mentah Brent turun tipis sebesar 16 sen di $110.20 per barel. Kedua minyak berjangka tersebut mencatat kenaikan mingguannya.
(vaf)

Kamis, 20 Desember 2012

IHSG dan Fiscal Cliff

Dalam beberapa minggu terakhir ini, anda pasti sudah familiar dengan judul artikel diatas: Fiscal Cliff, atau disebut juga jurang fiskal. Istilah fiscal cliff tersebut tiba-tiba saja mengemuka ke publik dan menjadi populer belakangan ini, setelah Barack Obama memenangkan Pilpres Amerika Serikat (AS) pada tanggal 6 November 2012. Tapi jika dipelajari lebih lanjut, ‘kasus’ fiscal cliff ini berpangkal pada salah satu kebijakan yang dilakukan oleh Presiden AS, dalam hal ini George W. Bush, pada tahun 2001, atau hampir 12 tahun yang lalu alias sudah cukup lama. Nah, disini kita akan merunut kronologisnya.
The story began in 2001, dimana ketika itu (tepatnya Juni 2001) Presiden Bush menandatangani Undang-Undang (Act) tahun 2001 tentang Pajak. Secara umum, Undang-Undang ini menurunkan tarif pajak bagi banyak warga AS, dan melonggarkan kriteria bagi para penerima tunjangan pensiun (sehingga jumlah penerima tunjangan pensiun menjadi lebih banyak). Tujuan dari pemberlakuan Undang-Undang tersebut adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi AS. Pada tahun 2003, tepatnya pada Mei 2003, Presiden Bush kembali menandatangani Undang-Undang tahun 2003, yang intinya sama: Menurunkan tarif pajak, dan kali ini tujuannya adalah untuk meningkatkan lapangan pekerjaan. Kedua Undang-Undang tersebut (Act 2001 dan 2003) lebih dikenal sebagai ‘Bush tax cuts’, dan dijadwalkan akan habis masa berlakunya pada tahun 2010. Meski kedua Undang-Undang diatas memiliki tujuan positif, yakni untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan lapangan pekerjaan, namun ada implikasinya.

Para ekonom dan peneliti di Heritage Foundation sempat menerbitkan laporan bahwa pemberlakuan kedua Undang-Undang diatas akan menyebabkan ‘ledakan’ jumlah utang AS dan juga menyebabkan defisit dari tahun ke tahun, karena berkurangnya pendapatan negara dari pajak dan juga meningkatnya anggaran belanja negara (untuk dana pensiun tadi). Karena itulah ketika tahun 2010 akhirnya tiba, dimana ketika itu Bush tax cuts akan segera habis masa berlakunya, terjadi perdebatan sengit diantara para politisi AS terkait apakah kebijakan tax cuts tersebut akan dilanjutkan atau tidak, dan jika dilanjutkan, gimana caranya? Karena peningkatan utang dan defisit yang terjadi pada neraca pembayaran AS tidak mungkin dibiarkan begitu saja.

Hingga akhirnya, pada tanggal 16 Desember 2010, Kongres Senat dan DPR AS menyetujui Undang-Undang tahun 2010, yang sehari kemudian ditanda tangani oleh Presiden Obama. Undang-Undang tersebut pada intinya sama saja dengan Bush tax cuts, yakni penurunan tarif pajak. Hanya bedanya, jika Bush tax cuts lebih dikenakan bagi warga AS kelas atas, maka ‘Obama tax cuts’ ini lebih dikenakan bagi warga AS kelas menengah dengan penghasilan kurang dari US$ 250 ribu per tahun. Sementara warga AS yang kaya raya kembali membayar pajak yang cukup tinggi. Namun kebijakan Obama di tahun 2010 tersebut tidak menghasilkan solusi atas meningkatnya defisit dan jumlah utang AS, melainkan hanya menundanya sampai masa berlaku Undang-Undang tahun 2010 tersebut berakhir, yakni di bulan Desember 2012 alias sekarang. Secara keseluruhan, pemberlakuan Undang-Undang tahun 2010 telah memberikan dampak moneter (utang) sebesar US$ 858 milyar terhadap perekonomian AS.

Jadi pertanyaannya sekarang, apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah AS untuk mengembalikan dana sebesar US$ 858 milyar tersebut? Atau mungkin, bagaimana jika ‘bom waktunya’ kembali ditunda meledaknya hingga dua atau tiga tahun mendatang? The Congressional Budget Office (CBO) atau Kantor Anggaran Kongres AS telah memberikan dua opsi pada Senat, DPR, dan Pemerintah AS.

Opsi pertama, kebijakan fiscal cliff harus diberlakukan, dimana pajak akan kembali dinaikkan dan anggaran belanja negara akan dikurangi. Jika opsi ini yang dipilih, maka berikut ini adalah beberapa implikasinya:
  1. Dalam jangka panjang, defisit AS akan berkurang dari 8.5% dari PDB di tahun 2011, menjadi hanya 1.2% di tahun 2021
  2. Di tahun 2021 tersebut, pendapatan negara akan meningkat menjadi 24% dari PDB, dibanding sebesar 18% pada saat ini 
  3. Dalam sepuluh tahun kedepan, alias hingga tahun 2021, utang AS ‘hanya’ akan meningkat sebesar US$ 7 trilyun, dimana jika fiscal cliff ini tidak diberlakukan, maka peningkatan utang yang terjadi akan mencapai US$ 10 – 11 trilyun
  4. Terkait poin no. 3, maka utang AS hanya akan naik dari 69% PDB pada tahun 2011, menjadi 84% pada tahun 2035. Pada tahun 2013 alias dalam jangka pendek, pertumbuhan ekonomi AS akan tertekan dari 1.1% menjadi hanya 0.5%.
  5. Skenarionya, di semester pertama 2013 pertumbuhan ekonomi AS akan turun 1.3%, namun di semester kedua akan berbalik naik sebesar 2.3%.
Intinya, jika kebijakan fiscal cliff diberlakukan, maka dampaknya akan negatif dalam jangka pendek (tahun 2013, alias sebentar lagi), namun positif dalam jangka panjang (tahun 2021 dan selanjutnya).

Opsi kedua, kebijakan tax cuts diperpanjang, dimana pajak tidak jadi dinaikkan dan anggaran belanja negara juga tidak jadi dikurangi. Jika opsi ini yang dipilih, maka berikut adalah beberapa implikasinya: Pendapatan negara akan tetap sebesar 18% dari PDB pada tahun 2021 mendatang Utang AS akan meningkat dari 69% PDB pada tahun 2011, menjadi 100% pada tahun 2021, dan 190% pada tahun 2035.
  1. Jika ini terjadi, maka AS dipastikan akan menyusul beberapa negara di Eropa seperti Yunani dan Spanyol, yang saat ini tengah terlilit krisis utang
  2. Dalam jangka pendek, yakni pada tahun 2013 mendatang, perekonomian AS akan baik-baik saja alias akan tumbuh seperti biasanya, yakni sekitar 1.7 – 2.0% dalam setahun.
  3. Unemployment rate juga akan tetap terjaga di level 8.0%, dan tidak akan memburuk menjadi 9.1% jika fiscal cliff diberlakukan.
Intinya, kebijakan untuk memperpanjang tax cuts akan memberikan dampak positif dalam jangka pendek (tahun 2013, alias sebentar lagi), namun negatif dalam jangka panjang (tahun 2021 dan selanjutnya).

Jadi pertanyaannya sekarang, kebijakan manakah yang akan dipilih oleh Obama dkk? Of course, kita cuma hanya menunggu tanpa bisa menebak-nebak. Deadline dari keluarnya keputusan soal apakah kebijakan fiscal cliff atau tax cuts ini yang dipilih, adalah pada tanggal 31 Desember 2012 mendatang. Tapi sembari menunggu, mari kita cek pengaruh dari setiap keluarnya kebijakan Pemerintah AS terkait pajak ini terhadap market, dalam hal ini pergerakan indeks saham.




Fiscal Cliff, Debt Ceiling, Dow Jones, dan IHSG

Cerita soal fiscal cliff ini sedikit banyak mirip dengan cerita berjudul ‘Debt Ceiling Crisis’, yang sempat melanda Amerika pada Juni 2011. Ketika itu permasalan yang terjadi juga masih seputar utang, dimana Amerika dihadapkan pada dua pilihan: 1. Meningkatkan plafon utang untuk menghindari gagal bayar/default, atau 2. Membayar utang dengan cara meningkatkan pajak dan memotong anggaran belanja negara.

Jika opsi pertama yang dipilih, maka itu sama seperti menunda waktu meledak dari ‘bom utang’, dimana defisit dan jumlah utang AS akan meningkat signifikan. Namun sisi positifnya, dalam jangka pendek perekonomian AS akan baik-baik saja. Sementara jika opsi kedua yang dipilih, maka itu sama seperti fiscal cliff yang sudah kita bahas diatas: AS akan mengalami pertumbuhan ekonomi minus, namun defisit dan kenaikan jumlah utang AS akan berkurang, dimana hal itu bagus untuk jangka panjang.

Seperti cerita fiscal cliff yang sedang terjadi pada saat ini, ketika itu juga sempat terjadi perdebatan di kongres terkait debt ceiling. Hingga akhirnya pada Agustus 2011, keluar keputusan bahwa opsi yang dipilih adalah opsi pertama, dimana dipastikan bahwa perekonomian AS akan tetap tumbuh dalam jangka pendek. Secara teori, seharusnya hal itu direspon positif oleh pasar (karena tidak terjadi kenaikan pajak atau pemotongan subsidi dan tunjangan seperti yang dikhawatirkan).

Namun faktanya, setelah salah satu lembaga pemeringkat terkemukan di dunia, Standard & Poor’s (S&P), menurunkan rating utang AS, Dow Jones langsung jatuh berantakan, hanya dalam empat hari setelah Undang-Undang terkait debt ceiling ditandatangani (oleh Presiden Obama). Penurunan Dow ketika itu langsung diikuti oleh hampir seluruh indeks saham di seluruh dunia, termasuk IHSG. Anda mungkin masih ingat koreksi besar yang melanda IHSG pada Agustus – September 2011 lalu. Jadi dengan asumsi bahwa model kebijakan yang dipilih Obama kali ini adalah kembali fokus pada tujuan jangka pendek, maka opsi kebijakan fiscal cliff tidak akan dipilih, sehingga tetap tidak ada kenaikan pajak ataupun pemotongan tunjangan pensiun bagi warga Amerika.

Meski begitu, market tetap akan jatuh karena kekhawatiran akan meningkatnya defisit Amerika, yang mungkin akan ditandai dengan penurunan rating utang oleh salah satu dari Moody’s atau Fitch (soalnya S&P sudah), ataupun hal lainnya. Hanya memang, menurut penulis yang menjatuhkan bursa-bursa saham diseluruh dunia ketika itu adalah penurunan rating utang AS oleh S&P, dan bukan karena keputusan debt ceiling-nya. Artinya, jika nanti Obama lebih memilih untuk memperpanjang tax cuts dan menghindari fiscal cliff, maka pergerakan market, entah itu tetap bergerak normal atau terkoreksi, akan bergantung pada apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sebaliknya, jika kebijakan fiscal cliff diberlakukan, maka market akan langsung jatuh tanpa perlu menunggu peristiwa apapun lagi. Karena jika fiscal cliff yang dipilih, maka bisa dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika akan negatif pada Semester Pertama 2013.

Lalu bagaimana dengan isu-isu lokal yang mungkin juga berpotensi terhadap pergerakan bursa lokal alias IHSG? Untungnya (atau sayangnya?) isu-isu politik di dalam negeri lebih diwarnai oleh kasus-kasus korupsi atau nikah kilat yang dilakukan oleh politisi tertentu, ketimbang isu perdebatan penyusunan Undang-Undang oleh para anggota DPR (yang mungkin itu karena para anggota dewan lebih suka jalan-jalan keluar negeri ketimbang bikin Undang-Undang).

Dan setiap kali KPK menetapkan status tersangka terhadap kader-kader partai tertentu, sejauh ini hal itu tidak berdampak apapun terhadap market. Sementara terkait isu ekonomi, boleh dibilang juga tidak ada cerita apa-apa kecuali beberapa isu kecil terkait kenaikan upah minimum buruh dan defisit neraca perdagangan. Penulis katakan isu kecil, karena secara keseluruhan perekonomian Indonesia relatif masih bagus (meski, kalau boleh jujur, tidak sebagus Singapura, India, atau Tiongkok), dan selama ini faktor-faktor yang mempengaruhi bursa lebih merupakan faktor luar ketimbang faktor dalam negeri. Termasuk ketika terjadi koreksi super-besar di tahun 2008 lalu, penyebabnya juga karena krisis mortgage di Amerika, sementara di dalam negeri sebenarnya tidak terjadi krisis apa-apa. Jadi dalam hal ini, maka mau tidak mau kita harus mencermati perkembangan soal fiscal cliff ini, ketimbang mengamati isu-isu lokal (karena memang tidak ada yang signifikan).

Namun satu hal, pertanyaan terkait terjadinya koreksi pada IHSG mungkin bukanlah soal apakah koreksi itu akan terjadi ataukah tidak, melainkan kapan. Secara fundamental, valuasi saham-saham di BEI sudah cukup tinggi, sementara dana asing yang masuk ke bursa juga sudah cukup banyak, yakni mencapai Rp14.2 trilyun sepanjang tahun 2012 hingga ketika artikel ini ditulis (bayangkan apa yang terjadi jika dana sebesar itu ditarik keluar dari pasar?). Jadi sekarang? Ya tinggal tunggu pemicunya saja, karena IHSG juga sudah susah untuk naik ke posisi psikologis baru, katakanlah 4,500 atau diatasnya. Dan entah kebetulan atau tidak, pemicu itu saat ini memang sudah ada, tinggal menunggu waktu meledaknya.

Nama pemicu tersebut adalah: ‘Fiscal Cliff’. Dan jangan lupakan juga : Krisis Spanyol (just because the media doesn’t talk about itu, doesn’t mean the crisis is over). 

IHSG OUTLOOK & TABEL ENTRY 20 DESEMBER 2012


  • Akhir tahun semakin dekat, saat ini tinggal menyisakan trading 5 hari kerja lagi, IHSG semakin tertekan, karena Investor mulai akan liburan panjang, sekalipun asing nampak mulai kembali net buy sebesar 280 Milyard, namun sama sekali tidak mengangkat IHSG.
  • Pagi ini Dow ditutup -0.74%, namun EIDO turun 1.48%, sehingga secara logika Dow ditutup hijau saja IHSG merah, bagaimana dengan Dow merah, apakah IHSG makin merah membara ataukah justru anomali ? Nanti market sendiri yang akan merespon'nya.
  • Beberapa saham nampak ada yang mampu bertahan di zona hijau kemarin, seperti saham ASII, UNTR, PGAS, AALI, PGAS, ISAT, BBNI, BBRI, namun hanya 2 sektor yang bertahan di zona hijau yaitu sektor aneka industri dan agri.
  • Asing banyak melakukan net buy pada saham ASII, UNTR, SMGR, BBNI, INTP, ADRO, GGRM, HRUM, sedangkan asing banyak melakukan net sell pada sahamTLKM, WSKT, INDF, KLBF, BBRI, namun tidak dengan volume yang tinggi.
  • Buat trader, masih nampak beberapa saham yang masih layak untuk diperhatikan adalah saham CPIN, MAIN, PGAS, MDLN, silahkan dipilih pada tabel entry.
  • Melihat perkembangan akhir-akhir ini, sangat dianjurkan untuk mengurangi posisi ini agar lebih banyak pegang cash dahulu, prepare for the worse.
IHSG



PGAS



MDLN





Tabel entry, stop dan target harga :



Warna Hijau : adalah saham-saham yang break out (Buat trader Buy High Sell Higher).

Warna biru : adalah saham-saham yang bullish dan berpeluang untuk break out.

Warna putih : adalah saham-saham yang masih bearish namun berpotensi naik.

Trade Signal : Ini sinyal2 yang dihasilkan pada saat explorasi.

Strenght : Berhubungan dengan kondisi trend. Semakin besar posisinya artinya semakin bullish. (Max 100 minimal -100), Penulis kadang tidak menimbulkan kolom strenght, bila saham pilihannya terlalu banyak, karena Penulis sudah pilihkan dengan saham yang berwarna hijau, biru dan putih.

VChg : adalah perubahan volume terhadap hari sebelumnya, semakin besar perubahan volume'nya, berarti semakin bagus.

Chg : adalah perubahan harga close terhadap harga close sebelumnya.

W/B : White and Black. Ini menghitung body candle. Bila -4 artinya 4 hari berturut-turut candlenya hitam (Close > Open).


OUTLOOK US & GLOBAL 20 DESEMBER 2012

• Bursa saham dunia memangkas keuntungannya pada perdagangan hari Rabu setelah menembus level tertinggi 17 bulan menyusul negosiasi untuk mencapai kesepakatan guna menghindari “tebing fiskal” terlihat macet, menghambat penguatan euro yang sebelumnya terangkat oleh laporan optimis data outlook ekonomi Jerman.
• Wall Street berbalik melemah seiring meningkatnya ketegangan di Washington yang mengancam rusaknya kemajuan yang telah dicapai belakangan ini untuk meredam pertumbuhan utang yang telah mencapai $16 trilyun. Presiden Barack Obama menuduh Partai Republik telah menghambat kemajuan karena dendam pribadi terhadap dirinya. Ketua DPR AS dari Partai Republik, John Boehner, menyebut Obama "tidak rasional." Boehner mengatakan Kamis kemarin bahwa DPR akan meloloskan undang‐undang yang akan mencegah kenaikan pajak pada semua pendapatan di bawah $1 juta ‐ sebuah langkah yang terancam akan mendapat veto dari Obama.
• Pasar ekuitas global dan aset beresiko lainnya naik di awal sesi dipicu ekspektasi kebuntuan mengenai anggaran AS akan dapat diselesaikan. Sementara harga minyak naik di tengah harapan sebuah resolusi untuk mengatasi "tebing fiskal" akan mendorong permintaan minyak mentah.
• Dow Jones industrial average <.DJI> ditutup melemah 98.99 poin atau 0.74% di 13,251.97. Standard & Poor's 500 Index <.SPX> jatuh 10.98 poin atau 0.76% di 1,435.81. Sedangkan Nasdaq Composite Index <.IXIC> merosot 10.17 poin atau 0.33% di 3,044.36.
• Brent February crude  naik $1.52 ke $110.36 per barel, mencatat kenaikan harian terbesarnya sejak 19 November. Sedangkan U.S. January crude contract naik $1.58, atau 1.8% di $89.51 per barel, mencatat kenaikan terbesarnya untuk kontrak sejak 29 November.
• Pasar ekuitas di Eropa menguat setelah data survey bisnis di Jerman dirilis optimis yang mendorong sentimen investor menyusul indikasi bahwa ekonomi Jerman berpeluang memulih dengan cepat dari keterpurukannya. Keyakinan terhadap membaiknya ekonomi Jerman juga telah berhasil mengangkat euro ke level tertinggi 16 bulan terhadap yen dan level puncak 8‐1/2 bulan terhadap dolar, sementara Brent oil menembus $110 per barel. 
• Rilis optimis data bulding permits juga turut memberi dukungan setelah mencatat level tertinggi hampir 4‐12 tahun di periode November. 
• Bursa saham Eropa menguat menyusul ekspektasi bencana fiskal AS akan dapat dihindari. FTSEurofirst 300 index <.FTEU3> naik 0.41% untuk ditutup di 1,142.13, sedikit di bawah level penutupan tertinggi 19 bulan. 
• Sejumlah faktor positif yang mendukung pasar sebelumnya adalah upaya The Fed untuk meningkatkan pemulihan ekonomi, indikasi meningkatnya momentum ekonomi Cina dan pembicaraan bahwa Jepang tengah menggodok langkah kebijakan untuk mengangkat ekonomi negaranya keluar dari zona resesi. Indeks ekuitas global MSCI naik ke level tertinggi sejak Juli 2011, namun indeks memangkas keuntungannya dan akhirnya mencatat kenaikan 0.09% ke 341.75. 
• Yen melemah ke level terendah lebih dari 18 bulan terhadap dolar ditengah ekspektasi bahwa BOJ akan melonggarkan kebijakan moneternya di akhir sidang regulernya selama 2 hari yang berakhir hari Kamis ini. Euro menguat 0.05% ke $1.3236. Sedangkan terhadap yen Jepang, euro naik 0.3% ke 111.70 yen, setelah menembus 112.49 yen, level tertingginya sejak Agustus 2011. Indeks dolar turun 0.05% ke 79.325 setelah menembus level terendah 2 bulan di 79.008. Harga Treasury AS untuk tenor 10 tahun naik 5/32 dengan yield di 1.8014%. Harga emas relatif stabil setelah jatuh di sesi sebelumnya ke level terendah 3‐1/2 bulan. Harga emas turun tipis 1.77 poin atau turun 0.1% di $1,667.77 per ons di sesi New York Kamis.
(vaf)

Rabu, 19 Desember 2012

Unilever: Analysis on Royalties


Tanggal 12-12-12 kemarin mungkin merupakan tanggal cantik dan juga bermakna keberuntungan bagi sebagian orang, namun tidak demikian halnya bagi investor yang memegang saham Unilever Indonesia (UNVR). Pada hari tersebut UNVR tiba-tiba saja anjlok dari posisi 25,950 hingga 23,150. Di hari berikutnya, penurunan tersebut terus berlanjut hingga posisi 20,350, sehingga secara keseluruhan, UNVR telah terkoreksi 27.5% hanya dalam dua hari. Itu adalah sebuah angka penurunan yang sangat besar dan juga tidak wajar, tentu saja, mengingat UNVR ini bukan saham gorengan melainkan saham super-blue-chip, dengan statusnya sebagai perusahaan terbesar ketiga di BEI dari sisi market cap (sebelum harganya turun, kalau sekarang mungkin terbesar kedelapan, setelah BBRI). Bloomberg menyebut penurunan UNVR tersebut merupakan yang terburuk dalam dua belas tahun terakhir.

Penurunan saham UNVR bukan tanpa sebab. Pada tanggal 12 Desember, UNVR mengumumkan transaksi afiliasi dengan perusahaan induknya, Unilever BV (UBV), sebuah perusahaan asal negeri Belanda. Dalam transaksi tersebut, perusahaan berencana untuk meningkatkan pembayaran royalti atas merk dagang, lisensi teknologi, dan jasa manajemen kepada UBV, dari sebelumnya 3.5% dari total nilai omset (pendapatan) per tahun, menjadi 5.0% mulai tahun 2013 mendatang, dan akan kembali meningkat hingga maksimal 8.0% pada tahun 2015.

Karena UNVR akan membayar royalti yang lebih tinggi kepada perusahaan induknya, maka secara sederhana bisa disimpulkan bahwa laba bersih UNVR mulai tahun 2013 ini akan tertekan, karena beban royalti perusahaan akan meningkat. Itu sebabnya beberapa analis kemudian memberikan rekomendasi negatif terhadap UNVR, dan alhasil sahamnya turun. Dalam keterbukaan informasinya sendiri, manajemen UNVR tidak memperinci manfaat dari transaksi afiliasi ini bagi perusahaan, kecuali disebutkan bahwa UNVR berpeluang untuk memasarkan produk-produk baru yang akan dikembangkan oleh UBV di masa depan, sehingga portofolio bisnis perusahaan akan lebih terdiversifikasi. Namun sebagian besar analis tidak menganggap bahwa itu merupakan alasan yang cukup kuat untuk membenarkan transaksi afiliasi ini, dan lebih menganggap bahwa transaksi ini merupakan bentuk profit transfer dari UNVR ke perusahaan induknya di Belanda.

Jadi pertanyaan besarnya sekarang, bagaimana kira-kira dampak dari peningkatan pembayaran royalti ini terhadap kinerja perusahaan kedepannya? Baik, mari kita Analisis :

Pada Sembilan Bulan 2012 (9M12), UNVR membayar royalti sebesar Rp690 milyar, atau setara 3.4% pendapatan perusahaan sebesar Rp20.3 trilyun. Namun, catat sebelumnya bahwa royalti yang harus dibayarkan UNVR kepada UBV adalah sebesar 3.5% dari pendapatan perusahaan diluar pendapatan dari pihak berelasi. Pada 9M12, pendapatan UNVR dari pihak berelasi adalah Rp915 milyar (setara 4.5% dari total pendapatan perusahaan), sehingga pendapatan UNVR setelah dikurangi pendapatan dari pihak berelasi tersebut adalah Rp19.4 trilyun. Angka pendapatan Rp19.4 trilyun inilah yang dijadikan dasar perhitungan pembayaran royalti, dimana royalti sebesar Rp690 milyar tadi memang setara dengan 3.5% dari Rp19.4 trilyun (tepatnya 3.55%, kelebihan sebesar 0.05% tersebut merupakan biaya jasa terkait royaltinya).

Kembali ke soal pendapatan UNVR. Dalam empat tahun terakhir (2007 – 2001), pendapatan perusahaan senantiasa meningkat sebesar rata-rata 17.0% per tahun. Asumsikan bahwa kedepannya pendapatan UNVR akan meningkat sebesar angka yang sama, dan 4.5% dari pendapatan UNVR berasal dari pihak berelasi. Maka, berikut ini adalah proyeksi pendapatan UNVR, dan pendapatan setelah dikurangi pendapatan dari pihak berelasi, dari tahun penuh (full year) 2012 hingga 2015. Angka dalam milyaran Rupiah.

Year
2012
2013
2014
2015
Revenue
27,125
31,736
37,131
43,444
Revenue after Related Parties
25,905
30,308
35,460
41,489

Kemudian, ingat bahwa royalti yang dibayarkan UNVR terhadap UBV akan naik secara bertahap, dari 3.5% pada tahun 2012, menjadi 5.0% pada tahun 2013, 6.5% pada tahun 2014, dan 8.0% pada tahun 2015 (catat bahwa angka 8.0% untuk tahun 2015 itu sebenarnya maksimalnya, sehingga realisasinya bisa lebih rendah. Tapi kita pakai saja angka tersebut). Karena itu, berikut adalah besaran royalti yang dibayarkan UNVR kepada UBV, hingga tahun 2015 mendatang:

Year
2012
2013
2014
2015
Royalties (after increase)
907
1,515
2,305
3,319

Sementara jika royalti yang dibayarkan UNVR hingga tahun 2015 tetap berada di level 3.5%, maka berikut adalah besaran royalti tersebut:

Year
2012
2013
2014
2015
Royalties (before increase)
907
1,061
1,241
1,452

Dengan demikian, berikut adalah nilai tambahan royalti yang harus dibayarkan oleh UNVR, setelah terjadinya transaksi peningkatan pembayaran royalti kepada UBV:

Year
2012
2013
2014
2015
Royalties (after increase)
907
1,515
2,305
3,319
Royalties (before increase)
907
1,061
1,241
1,452
Difference
0
455
1,064
1,867

Kesimpulannya, besarnya tambahan biaya yang harus dibayarkan oleh UNVR karena adanya transaksi peningkatan royalti ini kemungkinan mencapai Rp455 milyar di tahun 2013, Rp1.1 trilyun di tahun 2014, dan Rp1.9 trilyun di tahun 2015.

Oke, sekarang kita ke proyeksi laba operasional dan laba bersih perusahaan. Dalam lima tahun terakhir, operating profit margin (OPM) UNVR selalu terjaga di level 22.5%, sehingga berikut adalah proyeksi laba operasional UNVR hingga tahun 2015 mendatang.

Year
2012
2013
2014
2015
Operating Profit
6,103
7,141
8,355
9,775

Proyeksi diatas adalah jika royalti yang dibayarkan UNVR kepada UVB tetap berada di level 3.5%. Sementara jika royalti tersebut naik secara bertahap seperti yang sudah disebutkan diatas, maka proyeksi atas laba operasional ini harus dikurangi oleh tambahan biaya yang timbul karena peningkatan royalti tadi. Dan berikut hasilnya.

Year
2012
2013
2014
2015
Op. Profit (before added royalties)
6,103
7,141
8,355
9,775
Added royalties
0
455
1,064
1,867
Op. Profit (after added royalties)
6,103
6,686
7,291
7,908

Terakhir, tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayarkan UNVR adalah sekitar 25% dari laba sebelum pajak (atau dalam hal ini laba operasional, karena UNVR hampir tidak memiliki beban atau pendapatan non operasional selain pajak). Dengan demikian, berikut adalah proyeksi laba bersih UNVR jika royalti tidak dinaikkan, dibandingkan dengan proyeksi jika royalti dinaikkan.

Year
2012
2013
2014
2015
Net Profit (before added royalties)
4,577
5,355
6,266
7,331
Net Profit (after added royalties)
4,577
5,015
5,468
5,931
Difference
0
341
798
1,400

Dari tabel terakhir diatas, tampak cukup jelas bahwa pasca transaksi peningkatan pembayaran royalti, maka potensi perolehan laba bersih UNVR di tahun 2013 akan berkurang sekitar Rp341 milyar, dan pengurangan tersebut akan meningkat menjadi sekitar Rp1.4 trilyun di tahun 2015. Akibatnya, proyeksi CAGR UNVR dari sisi laba bersih juga akan turun dari 17.0% (jika diasumsikan bahwa CAGR laba bersih UNVR sama dengan CAGR pendapatannya) menjadi hanya 9.0%. Kalau dilihat dari sini, maka tindakan para analis yang men-downgrade UNVR cukup beralasan. Kalau peningkatan royalti tadi hanya dari 3.5% ke 5.0%, maka mungkin efeknya tidak akan terlalu terasa. Tapi sayangnya, peningkatannya mencapai 8.0%.

Meski demikian, seperti yang bisa anda lihat diatas, UNVR akan tetap mencatat pertumbuhan laba bersih yang cukup baik meski lebih lambat dari proyeksi sebelumnya. Penulis katakan cukup baik, karena proyeksi pertumbuhan sebesar 9.0% tadi bisa dicapai disaat UNVR secara rutin membagikan seluruh laba bersihnya sebagai dividen setiap tahun. Yup, sejatinya UNVR ini sudah mature dan juga sudah tidak punya rencana pengembangan usaha apapun, tapi toh dia masih tumbuh juga. Dan jika mempertimbangkan bahwa CAGR laba bersih UNVR sepanjang 2007 – 2011 mencapai 28.4% dan bukannya 17.0%, maka pertumbuhan laba bersih UNVR pada periode 2012 – 2015 bisa lebih tinggi dari 9.0% tadi.

Sementara terkait sahamnya, jika mempertimbangkan bahwa UNVR selama ini merupakan perusahaan yang sangat-sangat bagus dengan ROE mencapai 90 – 100%, maka sahamnya tetap layak untuk dilirik, hanya saja penilaian atas harga wajar sahamnya perlu sedikit diturunkan karena proyeksi pertumbuhan perusahaan menjadi lebih terbatas pasca rencana peningkatan pembayaran royaltinya. Jika sebelumnya UNVR ini layak dihargai pada PER diatas 30 kali, yang itu berarti 20,000 keatas, maka sekarang ini posisi masuk yang ideal untuk UNVR adalah sekitar 16,000, dimana posisi tersebut mencerminkan PER 25 kali.

Kesimpulannya, kemungkinan akan ada koreksi lanjutan pasca penurunan dua hari berturut-turut kemarin, karena memang biasanya kalau sebuah saham sudah anjlok begini, selanjutnya dia butuh waktu untuk pulih kembali. Dalam waktu dekat ini, UNVR mungkin akan sekali-kali naik karena technical rebound, namun trend-nya kemungkinan akan tetap bergerak kebawah. Tapi jika nanti sudah ketemu bottom-nya (mungkin di kisaran 16,000-an tadi), maka selanjutnya perlahan tapi pasti UNVR akan naik kembali.

Jadi kalau bagi anda investor yang belum sempat memegang UNVR ini, maka ini justru merupakan kesempatan yang sangat baik, tinggal tunggu saja masuknya di harga berapa. Karena jika anda masih ingat, dulupun saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) sempat tiba-tiba saja jeblok dari 4,000 ke 3,200 hanya dalam dua hari, dan selanjutnya dia terus turun sampai mentok di 2,200. Tapi sekarang? PGAS sudah kokoh di 4,500-an kembali. Sekedar info, PGAS juga merupakan perusahaan dengan fundamental yang sangat baik, meski belum sebaik UNVR.

Dan karena UNVR ini merupakan saham bluchip dengan likuiditas yang sangat encer, maka anda para investor/trader dengan jumlah dana diatas rata-rata bisa ikut membeli saham ini, tanpa perlu merasa khawatir bakalan susah untuk keluarnya nanti.

PT Unilever Indonesia, Tbk
Rating kinerja pada 9M12: S
Rating saham pada 20,350: BBB